Industri.umsida.ac.id – Dalam era industri yang semakin kompetitif, manajemen persediaan yang efisien bukan lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan. Studi kasus terbaru yang dilakukan di PT. Singa Mas Indonesia mengungkap sebuah terobosan signifikan dalam cara perusahaan mengelola stok bahan baku. Berawal dari permasalahan klasik, yaitu persediaan yang tidak stabil dan biaya operasional yang kurang efisien, perusahaan ini berhasil menemukan solusi yang tidak hanya menekan biaya, tetapi juga meningkatkan efisiensi secara drastis.
Sebelumnya, PT. Singa Mas Indonesia menghadapi tantangan besar terkait persediaan gula. Biaya yang dikeluarkan untuk pemesanan dan penyimpanan bahan baku sangatlah besar. Berdasarkan data perusahaan pada tahun 2016, total biaya persediaan gula mencapai Rp 84.000.000. Angka yang sangat fantastis ini disebabkan oleh frekuensi pemesanan yang tinggi, yaitu 20 kali dalam setahun, dengan kuantitas per pemesanan sebesar 18.700 kg. Kebijakan ini, yang mungkin didasarkan pada kebiasaan atau keterbatasan gudang, mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan dan menghambat keuntungan perusahaan.
Namun, sebuah penelitian kolaboratif yang menganalisis data perusahaan secara mendalam berhasil mengidentifikasi akar masalah dan mengusulkan pendekatan baru berbasis data. Dengan menggunakan metode analitis seperti Economic Order Quantity (EOQ) dan Just In Time (JIT), para peneliti menemukan bahwa ada cara yang jauh lebih baik dan lebih murah untuk mengelola persediaan. Hasilnya sungguh mencengangkan: biaya persediaan bisa ditekan hingga ratusan juta rupiah per tahun, mengubah beban finansial menjadi keunggulan strategis.
EOQ dan JIT Solusi Cerdas untuk Tantangan Persediaan
Penelitian ini membandingkan kinerja kebijakan lama perusahaan dengan dua metode manajemen persediaan yang telah teruji: EOQ dan JIT.
Economic Order Quantity (EOQ) adalah teknik yang dirancang untuk meminimalkan total biaya pemesanan dan penyimpanan bahan baku. Analisis data menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode ini, kuantitas pemesanan yang optimal adalah 70.451 kg, jauh lebih besar dari kuantitas yang biasa dipesan oleh perusahaan. Hal ini secara signifikan mengurangi frekuensi pemesanan menjadi hanya 5 kali per tahun.
Dampak finansialnya sangat luar biasa. Dengan EOQ, total biaya persediaan turun drastis menjadi hanya Rp 11.679.041. Angka ini merupakan penghematan yang masif dibandingkan dengan biaya sebesar Rp 84.000.000 di bawah kebijakan perusahaan. Penurunan biaya ini terutama datang dari pengurangan biaya pemesanan yang berulang dan optimalisasi biaya penyimpanan.
Di sisi lain, penelitian ini juga menguji efektivitas metode Just In Time (JIT). JIT adalah sistem yang ideal bagi perusahaan dengan keterbatasan kapasitas gudang, karena bahan baku dibeli hanya sebatas kebutuhan produksi, hampir tanpa disimpan. Hasil analisis JIT menunjukkan bahwa dengan frekuensi pengiriman 96 kali dalam setahun, kuantitas per pemesanan yang optimal adalah 3.896 kg. Meskipun frekuensinya jauh lebih tinggi dari EOQ, total biaya yang dihasilkan metode JIT adalah yang paling rendah, yaitu hanya Rp 2.244.898.
Angka-angka ini tidak hanya membuktikan keunggulan JIT dan EOQ secara matematis, tetapi juga menunjukkan bahwa setiap perusahaan memiliki solusi persediaan yang unik, tergantung pada kondisi dan tujuannya. Bagi PT. Singa Mas Indonesia, JIT terbukti menjadi pilihan paling hemat biaya.
Transformasi Berkelanjutan dan Pentingnya Analisis Data
Keberhasilan studi kasus ini menegaskan bahwa masa depan manajemen persediaan tidak lagi bergantung pada intuisi atau kebiasaan, melainkan pada analisis data yang ketat dan terstruktur. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini tidak hanya berhenti pada data historis, tetapi juga memberikan proyeksi untuk tahun-tahun berikutnya. Proyeksi untuk periode 2019/2020 menunjukkan bahwa metode EOQ dapat mempertahankan efisiensi dengan total biaya persediaan Rp 13.005.493, sementara metode JIT diproyeksikan menghasilkan biaya total sekitar Rp 2.461.538.
Hal ini menunjukkan bahwa strategi berbasis data tidak hanya memberikan solusi jangka pendek, tetapi juga kerangka kerja yang berkelanjutan untuk mengelola operasi di masa depan. Analisis data memungkinkan perusahaan untuk:
Mengidentifikasi inefisiensi: Mengungkap biaya tersembunyi seperti frekuensi pemesanan yang tidak optimal dan biaya penyimpanan yang membengkak.
Mengukur dampak perubahan: Memberikan angka konkret tentang penghematan yang dapat dicapai dari perubahan strategi, seperti yang terlihat jelas pada perbandingan biaya antara kebijakan lama dan metode baru.
Merumuskan kebijakan yang lebih baik: Mengambil keputusan berdasarkan bukti dan data, bukan asumsi, sehingga menghasilkan strategi yang lebih akurat dan menguntungkan.
Pada akhirnya, studi kasus PT. Singa Mas Indonesia ini menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan di seluruh sektor industri. Ini adalah bukti nyata bahwa dengan mengadopsi pendekatan berbasis data, setiap perusahaan dapat mengubah tantangan operasional menjadi peluang untuk pertumbuhan, keberlanjutan, dan penghematan finansial yang signifikan. Langkah dari gudang ke meja produksi kini harus melalui jalur data analisis, membuka jalan menuju operasi yang lebih cerdas dan menguntungkan.
Penulis: Annifa Umma’yah Bassiroh